Seorang pria yang dicurigai menyumbangkan mata uang kripto untuk mendanai upaya perang Ukraina telah secara resmi didakwa dengan 'pengkhianatan tingkat tinggi' oleh FSB, badan intelijen nasional Rusia.
Alexander Vechirko, yang lahir di kota Vinnytsia, Ukraina, namun telah memperoleh kewarganegaraan Rusia, adalah warga negara Rusia pertama yang secara resmi didakwa mengirim donasi kripto ke Ukraina.
Dia pertama kali ditangkap pada bulan Juni tahun ini, dan akhirnya didakwa setelah beberapa bulan penyelidikan. Menurut FSB, investigasi atas kasus ini masih berlangsung. Namun, FSB sejauh ini telah mengungkapkan bahwa koin yang disumbangkan Vechirko digunakan untuk membeli pesawat tanpa awak, alat pencitraan termal, amunisi, dan seragam medis.
Vechirko telah dipindahkan ke Moskow untuk menghadapi dakwaan, sebuah indikasi bahwa pemerintah mungkin mencoba untuk membuat contoh darinya. Lembaga penegak hukum telah mengonfirmasi bahwa Vechirko telah ditolak jaminannya, dan bahwa ia harus tetap ditahan selama tiga bulan sebelum persidangan.
Sejak dekrit presiden pada April lalu, hukuman untuk pelanggaran terkait pengkhianatan di Rusia adalah penjara seumur hidup.
Warga Rusia Lainnya Juga Menghadapi Tuduhan Pengkhianatan
Vechirko bukan satu-satunya warga negara Rusia yang menghadapi tuduhan pengkhianatan terkait kripto.
Awal bulan ini, influencer media sosial Valeria Fedyakina, yang juga dikenal sebagai cryptomama, ditangkap atas tuduhan penipuan di Moskow.
Fedykina menyangkal bahwa ia mengirim uang ke militer Ukraina, dan sebaliknya mengklaim bahwa ia mendukung 'operasi militer khusus' Rusia dan ingin menyumbangkan dana untuk angkatan bersenjata Rusia.
Sejak dimulainya perang, Ukraina telah meminta sumbangan dalam bentuk mata uang kripto untuk mendanai pertahanannya. Awal tahun ini, bank besar Rusia, Sberbank, mengklaim bahwa lebih dari $5 juta mata uang kripto telah dikirim dari dompet Rusia ke penerima yang berbasis di Ukraina sejak dimulainya konflik.